Cerita rakyat Desa Konde Kecamatan buton utara
{ BATU
KAPALA }
Pada zaman dahulu
kala, ada sebuah kejadian
yang nyata tepatnya di desa
kami kejadian ini menceritakan tentang ,kapal
yang berubah menjadi sebuah batu, yang sekarang masi berdiri kokoh.
Konon katanya cerita ini berawal dari sebuah
kisa se orang pemuda yang ber nama
lakea – kea kambarani. Ia pemuda
paling kaya di
kampungnya dan juga ia
selalu bersikap baik kepada
siapapu, Yang hendaknya mau pergi merantau
kenegri seberang untuk melengkapi mahar yang
di berikan oleh orang tua sang
kekasihnya, karena mahar yang di
berikan kepada lakea kea
kambarani ialah mendirikan rumah yang
beralatkan emas keseluruhan
dan
ada satu kekurangan
dalam maharnya
tersebut
Dan ia akan
pergi merantau untuk melengkapi
persaratan tersebut, dan sebelum pergi
ia menyempatkan diri menenui kekasihnya yang bernama wa oke untuk meminta
izin kepadanya
meski berat sang kekasi
pun harus merelakan kepergiannya
dia hanya berpesan jagalah dirimu selama
di peratauan sambil meneteskan air matanya, ia juga berpesan kepada kekasinya sabarlah engkau menanti diriku selama
dua tahun , setelah saya
kembali merantau kita akan menikah
setiba
hari kepergianya semua masyarakat ber bondong – bondong untuk menggantarnya,
dan Ia naik
kekapalnya untuk segara belayar sambil memegang
sebuah
telur berkulit emas dan
gendang tuah yang bekulit emas peningalan ayahnya.
Setelah dua tahun
kemudian lakea-kea kambarani pulang semasi di pejalanan , ia mendapatkan
badai yang luar biasa, anggin topan, ombak besar. dan
kapal tersebut tenggelam.
Setelah sang kekasinya berita
tersebut melalu telur yang berkulit emas, ia sedih
dan kekasinya tersebut tetap sabar menunggu kekasi pulang
selama satu minggu.
Setelah satu minggu kemudian masyarakat berbondong- bondong mencarinya tetapi yang
ditemukan hanyalah kapalnya, tetapi
masyarakat tetap memandangi kapal tidak lamah
kemudian
masyarakat pun kaget melihat kapal tersebut menjadi sebuah batu.
Tidak lamah kemudian terdamparlah ikan sebesar
kapal tersebut jelmahan dari lakea-kea kambarani tetapi masyarakat
tersebut tidak mengetahui,
mereka langsung memotong ikan tersebut lalu di
bagikan kepada seluruh
masyarakat, setelah malam tejadilah yang tidak diduga-duga
yaitu gelap selamah tujuh hari tujuh
malam,masyarakat mulai panik dengan
kejadian yang terjadi, mereka suda mulai menyadari bahwa ikan yang mereka
potong adalah jelmahan dari lakea-kea
kambarani.
Agar menormarkan waktu
seperti semulah orang tua dulu mengadakan sesajen di tempat terdamparnya ikan
tersebut, Alhamdulillah setelah mengadakan persembahan itu , waktu kembali
seperti semulah.
bos...kapan merid ?
BalasHapus