AKU MASIH MENCINTAINYA

AKU MASIH MENCINTAINYA
SELAMAT DATANG di SAHIRUDIN KAMBOWA

Minggu, 27 Mei 2012

tari mangaru

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Indonesia di kagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu dari kebudayaan itu adalah seni tari. Media tari adalah gerak tubuh manusia. Melalui gerak tubuh manusia dipakai untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman sang seniman kepada orang lain. Ciri khas gerak tari adalah gerak yang sudah diolah dari aspek tenaga, ruang, dan waktu. Ada dua jenis tari, yakni tari tradisional dan tari non-tradisional. Hal yang termasuk tari tradisional Indonesia adalah tari primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Ketiga jenis tari ini tujuan upacara, hiburan, dan tontonan Sedangkan yang termasuk dalam jenis tari non-tradisional adalah tari kreasi baru, tari modern, dan tari kontemporer. Ciri khas tari kreasi baru adalah tari tradisional yang diperbaharui. Ciri khas tari modern dan tari kontemporer adalah penemuan baru dalam hal tema, bentuk, dan penyajian tari.
 Kesenian tari tradisional menggambarkan kehidupan di daerah tersebut. Sehingga seni tari tradisional dapat di katakan sebagai lambang dari peradaban dari masing-masing daerah. Seni tari sangat diperlukan di berbagai aspek kalangan seperti pada saat penyambutan calon-calon pemimpin di berbagai masing-masing daerah. Tari tradisional juga dilakukan pada saat pesta rakyat di berbagai daerah. Namun kesenian tari tradisional lambat laun senakin memudar atau bisa di katakan hampir punah di karenakan semakin majunya jaman di Indonesia. Bahkan seni yang dulunya berasal dari Indonesia sekang banyak di ambil oleh negara lain atau di klaim oleh negara lain. Ini membuktikan bahwa kesenian di indonesia hampir memudar karena kemajuan jaman. Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai generasi penerus bangsa harus mempublikasikan kekayaan Negeri tercinta ini.
 Media ungkap tari adalah gerak. Gerak tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari koreografer. Keindahan tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dari koreografer, peraga dan penikmat atau penonton.
 Kompetensi dasar dalam mempelajari seni tari mencakup praktik dasar dan mahir dalam penguasaan gerak tari meliputi tari tradisional maupun tari garapan, kemampuan memahami arah dan tujuan koreografer dalam konsep koreografi kelompok. Kemampuan memahami dan berkarya tari (koreografi) adalah keterampilan khusus berhubungan dengan kepekaan koreografi, di sisi lain diharapkan memiliki kepekaan memahami aspek-aspek tari dan aspek keindahan secara teknis. Sebagai penyesuaian abad modern, kemampuan memahami dan membuat perangkat multimedia hubungannya dengan tari adalah bentuk penyesuaian sumber daya manusia dalam adaptasinya dengan teknologi. Perwujudan ekspresi budaya melalui gerak yang dijiwai serta diikat nilai-nilai budaya menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di Indonesia. Sebagai salah satu unsur terpenting kesenian di Indonesia dalam wujud performa gerak, dibutuhkan adanya kehidupan sosial dan spiritual masyarakat pendukungnya. Peran dan fungsi tarian yang begitu penting hingga kini pada puncak kesenian daerah menjadi simbol dan puncak tari sebagai budaya di daerah yang bersangkutan. Jenis tari yang telah menjadi puncak budaya daerah sangat erat untuk dijadikan sebagai tarian yang diunggulkan daerah.di mana tarian tersebut berasal. Sehingga pada kesempatan ini, penulis hendak menganalisis tari Mangaru dari Desa Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.
1.2 Masalah
 Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “bagaimanakah analisis tari Mangaru dari Desa Konde”.
1.3 Tujuan
 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah “untuk menganalisis tari Mangaru yang berasal dari Desa Konde”.
1.4 Manfaat
 Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 
a. Penulis sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan dan sumber informasi sebagai dasar untuk penulisan  selanjutnya sesuai dengan kajian penulisan ini.
b. Pembaca sebagai sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan.





BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Tarian
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins:1990,2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan. Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Mery:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.
Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.
2.2 Jenis-jenis Tari di Indonesia
2.2.1 Jenis Tari Menurut Koreografi
 Istilah koreografi adalah suatu istilah yang digunakan untuk penyusun tari. Sedang untuk menyebut orang yang menyusun tari adalah koreografer. Tari menurut koreografi dapat dibedakan menjadi :
2.2.1.1 Tari Rakyat
 Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak jaman primitif sampai sekarang.Ciri-ciri tari rakyat adalah :
• Sederhana ( pakaian,rias,gerak dan ringan )
• Tidak mengindahkan norma-norma keindahan
• Memiliki kekuatan magis.
 Contoh tari rakyat adalah Lengger, Tayub dan lain sebagainya.
2.2.1.2 Tari Klasik
 Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak jaman feudal.Tari ini biasanya hidup dilikgkungan keraton. Ciri-ciri tari klasik adalah :
• Mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi
• Hidup dikalangan raja-raja
• Adanya standarisasi
 Contoh tari klasik adalah bedaya srimpi, lawung ageng, lawung alit dan juga karya-karya empu tari baik empu tari gaya Yogyakarta dan empu tari gaya Surakarta seperti S. Mariadi dan S. Ngaliman  yang sampai sekarang masih bisa dinikmati seperti :
• Gathotkaca Gandrung
• Bondabaya
• Bandayuda
• Palguna-palgunadi
• Retna Tinanding
• Srikandi Bisma, dll.
2.2.1.3 Tari Kreasi Baru dan Tari Modern
 Tari kreasi baru adalah tari-tariklasik yamg dikembangkan sesuai dengan  perkembangan jaman dan diberi nafas Indonesia baru. Contoh tari kreasi  baru adalah karya-karya dari Bagong Kusudiarjo dari padepokan Bagong Kusudiarjo dan Untung dari sanggar kembang sore dari Yogyakarta. Contohnya adalah :
• Tari Kupu-Kupu
• Tari Merak
• Tari Roro Ngigel
• Tari Ongkek Manis
• Tari Manipuri
• Tari Roro Wilis,dll
 Tari modern adalah sebuah tari yang mengungkapkan emosi manusia secara bebas atau setiap penari bebas dalam mewujudkan ekspresi emosionalnya yang tidak terikat oleh sebuah bentuk yang berstandar. Contoh tari modern adalah:
• Caca
• Break Dance
• Penari Latar
• Samba
2.2.2  Jenis Tari Menurut Fungsinya
2.2.2.1 Tari Upacara
 Tari upacara banyak hidup dan berkembang pada masyarakat primitf. Yang termasuk tari-tarian upacara adalah sebuah tari yang mempunyai kekuatan magis yang digunakan untuk mempengaruhi alam. Tarian ini banyak terdapat di pedalaman Irian Jaya, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Bali. Contohnya adalah tari rejang, tari pendhet, debus dan lain-lain.
2.2.2.2 Tari Hiburan
 Tari hiburan adalah sebuah tari yang menitikberatkan pada hiburan bukan pada segi keindahan. Tarian hiburan pada umumnya merupakan tarian pergaulan. Contohnya adalah :
• Joged dari Bali
• Ronggeng atau Tarub Dari Blora
• Kethuk Tilu dari Jawa Barat
• Orek-Orek dari Surakarta
• Lengger dari Banyumas
2.2.2.3 Tari pertunjukan
 Tari pertunjukan adalah sebuah tari yang menitikberatkan pada segi keindahannya bukan pada segi hiburannya. Yang termasuk dalam tari pertunjukan adalah tari-tari rakyat, tari upacara, tari hiburan yang sudah digarap menjadi sebuah tari pertunjukan tentu saja dengan mengindahkan kaidah-kaidah keindahannya. Contohnya adalah :
• Tari Pendhet
• Tari Rejang
• Tari Lenggeran
• Tari Gambyomg
• Tari Orek-Orek
2.2.3 Jenis Tari Menurut Tema atau Isinya
2.2.3.1 Tari Pantomim
 Tari pantomim adalah sebuah tari yang menirukan obyek diluar diri manusia. Contohnya :
• Tari Tenun
• Tari Bathik
• Tari Nelayan
• Tari Tani
• Tari Kupu-Kupu, dll.
2.2.3.2 Tari Erotik
 Tari erotik adalah sebuah tari yang mengandung unsur cerita erotik atau percintaan. Contohnya :
• Tari Gatotkaca Gandrung
• Tari Karonsih
• Tari Serampang Dua Belas
• Tari Enggar-Enggar
• Tari Jalung Mas, dll.
2.2.3.3 Tari Kepahlawanan
 Tari kepahlawanan adalah tari yang mengandung usur-unsur heroik atau nilai kepahlawanan. Contahnya adalah :
• Tari Kuda Kepang
• Tari Seudati
• Tari Mandau
• Tari Soreng
• Taroi Anoman Rahwana, dll.
2.2.3.4 Dramatari
 Dramatari adalah sebuah tari yang dalam penyajiannya menggunakan plot atau alur cerita,tema,dan dilakukan dengan cara kelompok. Contohnya :
• Dramatari Rara Mendhut Pranacitra
• Drama Tari Ranggalawe Gugur
• Dramatari Gajah Mada
• Dramatari Arjuna Wiwaha
• Dramatari Sang Pambayun, dll.
2.3 Teori Struktural
 Studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai objek kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra struktural beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.
 M. H. Abrams (1958) memberikan sebuah kerangka (framework) yang sederhana tetapi cukup efektif untuk menggambarkan empat istilah dasar dalam situasi karya satra secara menyeluruh dan yang hubungannya berpusat pada karya sastra.



 Dalam model ini terkandung pendekatan kritis yang utama terhadap karya sastra:
1. Pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri (pendekatan obyektif);
2. Pendekatan yang menitikberatkan pada diri penulis (pendekatan ekspresif);
3. Pendekatan yang menitikberatkan pada semesta (pendekatan mimetik);
4. Pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca (pendekatan  pragmatik).




BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
 Dengan berpatokan pada teori struktural di atas, penulis akan menganalisis tari Mangaru  yang berasal dari Desa Konde sebagai berikut:
3.1 Asal-usul Tari Mangaru
 Tari Mangaru merupakan tarian dasar dalam tradisi di masyarakat Desa konde. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini telah mengalami perubahan, namun beberapa gerakan dasar tarian masih dipertahankan. Hal ini demi menjaga maksud dan pesan yang ingin disampaikan. Tari Mangaru menggunakan tempo cepat.
 Masyarakat Desa konde biasanya mementaskan tarian ini dalam berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Bagi masyarakat Desa konde menyelenggarakan pesta panen setelah menuai padi menjadi suatu budaya yang berkesinambungan dan pada acara khitanan. Tarian ini menjadi ajang berkumpul semua orang kampung. Namun sayang, tarian ini sudah jarang bahkan sudah tidak pernah dipentaskan lagi.
3.2 Penari
 Penari dalam Tari Mangaru adalah sama-sama laki-laki. Pada zaman dulu tari ini hanya dipentaskan oleh orang-orang tua yang kesurupan. Pemilihan penari tersebut menyesuaikan dengan tema yang diusung oleh tarian ini, yakni penggambaran keberanian seseorang dalam berperang.
3.3 Ragam Gerakan
 Tari Mangaru bercerita tentang dua orang laki-laki yang sedang dalam madan peperangan. Para penari memperagakan gerakan-gerakan yang memperlihatkan bagaimana kedua laki-laki yang saling beradu kekuatan dengan menggunakan sebilah keris yang dipegang . Ada dua ragam gerakan dalam Tari Mangaru.
3.3.1 Ragam Pertama
 Setelah terdengar bunyi musik pengiring, penari pertama masuk ke dalam arena dengan membawa sebilah keris yang terselip di pinggang. Penari pertama menari berkeliling arena tangan kiri memegang pinggang sedangkan tangan kananya mengayun-ayunkan pisaunya. Hal ini dilakukan berulang-ulang, bolak-balik dalam arena. Tidak lama penari kedua memasuki arena dan melakukan tarian seperti yang dilakukan penari pertama.
3.3.2 Ragam Kedua
 Setelah pada gerakan ragam pertama tadi dianggap cukup, maka kedua penari saling berhadapan untuk saling bertempur menggunakan keris mereka. Bila perlu saling menikam walaupun hanya sebatas simulasi saja. Namun kalau zaman dulu gerakan saling ini menikam bukan hanya simulasi saja tetapi memang benar-benar dilakukan, ada sesuatu yang menarik kedua penari tidak ada yang terluka. Inilah yang membedakan tari Mangaru yang sekarang dengan yang dulu. Setelah kedua penari saling berhadapan, mereka kembali mengulang gerakan pada ragam pertama tadi, begitulah seterusnya. Setelah kedua penari selesai menari, tarian dilanjutkan oleh kedua penari berikutnya.
3.4 Musik Pengiring
 Musik Desa Konde yang menjadi pengiring Tari Mangaru adalah musik yang dihasilkan dari empat alat musik asli Desa Konde yang dapat mengiringi tarian ini, yaitu kansi-kansi, Mbololo (gong) dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang. Alat musik ini dimainkan empat orang yang memang mahir dalam memainkannya. Irama musik pengiring tari ini berbeda dengan musik pengiring tari yang lain walaupaun alat yang digunakan sama. 
3.5 Nilai-nilai
 Selain menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Desa Konde, Tari Mangaru juga mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil manfaatnya, antara lain:
3.5.1 Nilai Keindahan
 Keindahan yang muncul dalam Tari Mangaru berasal dari kombinasi ragam gerakan, alunan musik, dan kemahiran penari dalam menarikan tarian ini. Tari Mangaru membutuhkan gerakan yang lincah dalam memainkan sebilah keris untuk menikam sang lawan dari para penari. Iringan musik yang digunakan dalam Tari Mangaru adalah musik asli daerah desa konde yang memilki kekuatan magis bagi yang mendengarnya.
3.5.2 Nilai Kearifan Lokal
 Tari Mangaru  bercerita tentang keahlian dan keberanian seorang laki-laki dalam berperang. Namun kalau kita melihat konteks sekarang ini, tarian ini sebagai bentuk penyiapan fisik kaum laki-laki dalam menempuh kehidupan. Melalui tarian ini terlihat bahwa masyarakat Desa konde mempunyai kearifan tersendiri mengenai cara mereka dalam berperang.
3.5.3 Nilai Pelestarian Budaya
 Tari Mangaru merupakan salah satu kekayaan budaya Desa konde yang memperkaya khazanah budaya Indonesia. Pelestarian tarian ini menjadi penting artinya sebagai salah satu upaya untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan Desa Konde secara umum. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian Tari Mangaru adalah dengan memberi ruang pementasan bagi para penari tarian tradisional Desa konde. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mengajarkan tarian ini kepada generasi muda.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
 Tari Mangaru merupakan tarian dasar dalam tradisi di masyarakat Desa konde. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini telah mengalami perubahan, namun beberapa gerakan dasar tarian masih dipertahankan. Hal ini demi menjaga maksud dan pesan yang ingin disampaikan. Penari dalam Tari Mangaru adalah sama-sama laki-laki. Pada zaman dulu tari ini hanya dipentaskan oleh orang-orang tua yang kesurupan. Tari Mangaru bercerita tentang dua orang laki-laki yang sedang dalam madan peperangan.
 Musik Desa Konde yang menjadi pengiring Tari Mangaru adalah musik yang dihasilkan dari empat alat musik asli Desa Konde yang dapat mengiringi tarian ini, yaitu kansi-kansi, Mbololo (gong) dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang. Keindahan yang muncul dalam Tari Mangaru berasal dari kombinasi ragam gerakan, alunan musik, dan kemahiran penari dalam menarikan tarian ini. Tari Mangaru  bercerita tentang keahlian dan keberanian seorang laki-laki dalam berperang. Namun kalau kita melihat konteks sekarang ini, tarian ini sebagai bentuk penyiapan fisik kaum laki-laki dalam menempuh kehidupan. Tari Mangaru merupakan salah satu kekayaan budaya Desa konde yang memperkaya khazanah budaya Indonesia.
4.2 Saran
1. Sebaiknya makalah ini dilengkapi dengan lampiran yang berisi gambar-gambar atau foto gerak tari Mangaru.
2. Seharusnya makalah ini menuliskan juga jenis-jenis tarian desa Konde yang lain meskipun hanya ditulis saja tanpa dikaji lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.mpkj.gov.my/main.asp?MPKj=wan
Luxemburg, et.al. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2002. Pengkajian Sastra. Bandung: Wacana.
Tengku Mira Sinar (ed.), 2008. Teknik Pembelajaran Dasar Tari Melayu Tradisional Karya Guru Sauti. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang bekerjasama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar