AKU MASIH MENCINTAINYA

AKU MASIH MENCINTAINYA
SELAMAT DATANG di SAHIRUDIN KAMBOWA

Jumat, 01 Juni 2012

Motivasi Belajar Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan adalah proses interaksi yang bertujuan. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri dan utuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Dengan adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan mental siswa. Pendidikan merupakan faktor ekstern bagi terjadinya belajar (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987; Winkel, 1991).
Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses belajar memperoleh suatu pengetahuan yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar biasanya berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar dari buku pelajaran. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan mendidik atau kegiatan mengajar.
Hubungan guru dengan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan yang akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan tersendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional, yaitu sasaran belajar siswa.
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar, berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Keinginan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.
Winkel (1997) mengatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang menjadi aktif pada saat-saat tertentu di mana ada kebutuhan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Gage dan Berliner (1992) menjelaskan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan individu dari perasaan bosan menjadi berminat untuk melakukan sesuatu. Menurut Ormrod (2006) lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi.
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Siswa belajar karena dorongan oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Pada peristiwa pertama, motivasi belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa mempeeroleh informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar siswa dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Pada kedua peristiwa tersebut peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti.
Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. Bantuan mengatasi kesukaran belajar perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.
Guru sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara pada faktor kemampuan guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan.
Sehubungan dengan prestasi belajar siswa, keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. 

B.   Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi motivasi belajar siswa?
3. Apakah ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa?
4. Apa manfaat motivasi belajar bagi siswa?
5. Apa manfaat motivasi belajar siswa bagi guru ?




BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Pembelajaran oleh Guru agar Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar   Siswa  Sekolah Dasar  
1. Perhatian
• Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
• Bagaimanapun lambat gerak belajarnya, guru tetap secara terus-menerus mendorong siswanya.
• Merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa siswanya dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
• Menggunakan metode secara bervariasi.
• Menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
• Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing. (direction question).
• Memilih bahan pelajaran sesuai minat siswa.
• Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
• Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan memberitahukan hasilnya kepada siswa.
• Memberikan pujian terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan.
• Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
2. Keaktifan                                                                                  
• Menggunakan multimetode dan multimedia.
• Memberikan tugas secara individual dan kelompok.
• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar.
• Mengadakan tanya jawab sebelum pulang, yang bisa menjawa boleh pulang terlebih dahulu dari pada teman lainnya.
3. Keterlibatan langsung                                                                             
• Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
• Melibatkan siswa untuk mempraktikkan gerakan, misalnya tarian daerah, senam irama.
• Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktikkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan.
4. Pengulangan
• Merancang pelaksanaan pengulangan.
• Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.
• Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.
• Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi dan menyenangkan.
5. Tantangan
• Melatih keberanian siswa dengan maju ke depan untuk menulis di papan tulis, membaca puisi, memainkan sebuah drama yang menarik.
• Mengadakan kuis yang menarik kepada siswa sehingga siswa berpikir untuk menjawab pertanyaan.
6. Balikan dan Penguatan
• Mengoreksi pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.
• Membahas pekerjaan rumah secara bersama-sama.
• Memberikan anggukan atau acungan jempol kepada siswa yang nilainya tertinggi.
• Mengumumkan nilai pekerjaan siswa.
• Membagikan pekerjaan rumah yang telah dikoreksi oleh guru.
B. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa
1. Lingkungan Rumah
Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu proses sosialisasi anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar, yaitu:
• Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha murid agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial.
• Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
• Adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua terhadap sekolah.
• Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua murid, baik untuk murid dengan latar belakang keluarga yang berbeda, berbeda ras maupun etnik.
• Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah.
• Adanya partisipasi murid dalam pembuatan kebijakan sekolah.
• Adanya mekanisme tertentu sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut.
• Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, membantu dan bekerja sama.
• Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
• Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan murid.
3.  Lingkungan Masyarakat
Pengaruh masyarakat ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang memunyai kebiasaan kurang baik akan berpengaruh terhadap belajar anak.  
C. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting, terutama dalam belajar di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa banyak hal yang memengaruhi prestasi belajar siswa, termasuk faktor guru. Guru sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
D. Manfaat Motivasi Belajar bagi Siswa
• Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan nilai akhir; contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut. Ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.
• Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.
• Mengarahkan kegiatan belajar. Sebagai ilustrasi, setelah ia mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.
• Membesarkan semangat belajar. Sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
• Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah istirahat dan bermain) yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya, apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan.
Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. 

E. Mengetahui Manfaat Motivasi Belajar Siswa Bagi Guru
• Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Membangkitkan, bila siswa tak bersemangat. Meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam. Memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
• Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam, ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memuaskan memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar.
• Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
• Memberi peluang guru untuk membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi semangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi semangat belajar.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan merupakan kegiatan orang sehari-hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Disamping itu, kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa.
Guru sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. . Guru sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
Strategi pembelajaran oleh guru agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar  yaitu :
• Perhatian
• Keaktifan
• Keterlibatan langsung
• Pengulangan
• Tantangan
• Balikan dan Penguatan
Faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa yaitu :
• Lingkungan rumah
• Lingkungan Sekolah
• Lingkungan Masyarakat
Manfaat motivasi belajar bagi siswa yaitu :
• Mengarahkan kegiatan belajar
• Membesarkan semangat belajar
• Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan nilai akhir
Manfaat motivasi belajar siswa bagi guru yaitu :
• Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
• Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam.
• Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran.
• Memberi peluang guru untuk membuat semua siswa belajar sampai berhasil.

                                                                      
B. Saran                                                 
Guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar.
Guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, guru disarankan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.















DAFTAR PUSTAKA

Abidin,  M. Z. 2010. Hubungan Kompetensi Guru dengan Hasil Belajar Siswa.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
(http://meetabied.wordpress.com/2010/06/03/hubungan-kompetensi-guru-dengan-hasil-belajar-siswa/, diakses 26 Juni 2011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar