AKU MASIH MENCINTAINYA

AKU MASIH MENCINTAINYA
SELAMAT DATANG di SAHIRUDIN KAMBOWA

Jumat, 01 Juni 2012

metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Penerapan KBK merupakan terobosan baru dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Rumusan kompetensi dalam KBK merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas yang sekaligus menggambarkan kemajuan yang dicapai siswa secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kompeten. Penerapan KBK memberikan sumbangan perubahan yang besar dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran agar tidak mekanistik.
Secara alami manusia selalu menghadapi masalah dalam kehidupannya yang harus diselesaikan. Karena itu selayaknyalah jika manusia termasuk siswa  pada khususnya perlu berlatih menyelesaikan masalah. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep tetapi juga harus membekali peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Dengan kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran yang semestinya disusun ialah berdasarkan masalah. Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternative model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya ketrampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Tan (2003) Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara seimbang. Karena pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.
Demikian pula dengan belajar, Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.
Dilihat dari aspek psikologi belajar pembelajaran berbasis masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui pengahayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan dengan masalah.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran. Namun, pada kenyataannya tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Begitu juga dengan siswa selama ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi masalah walaupun masalah itu dianggap itu sepeple, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.

B.    Masalah
1. Bagaimanakah cara penerapan metode Problem Based Learning?
2. Apakah pengertian Problem Based Learning?
3. Bagaimana Langkah-langkah Problem Based Learning?
4. Apa saj kelemahan dan kelebihan metode Problem Based Learning?




BAB II
PEMBAHASAN
A.   PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
1.    Pengertian
Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry) untuk memecahkan masalah tersebut
    
 Problem based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan juga sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah..
2.    Tujuan
a. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
b. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan ketrampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
3.    Ciri-ciri PBL
a. Belajar  dimulai dengan suatu masalah.
b. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
c. Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah
d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar
e. Menggunakan kelompok kecil
f. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja
Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses pendidikan, menyebutkan bahwa dalam PBL/ pembelajaran berbasis masalah ini mempunyai 3 ciri utama, yaitu
a. PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa yang hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafasl metri pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL Menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif.
4.    Strategi
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
a. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh
b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemmapuan dalam membuat judgment secara objektif
c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa
d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya
e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan)
5.    Hakikat Masalah Dalam PBL
Pbl dan strategi pembelajaran inkuiri (SPI) memiliki perbedaan, perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup, artinya jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI tugas guru pada dasarnya menggiring siswa melalui proses Tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
     
Berbeda dengan SPI, masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Yujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
     
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBL :
a. Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya
b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familier dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik
c. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya
d. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
6.    Tahapan  PBL
Menurut Jarot Subandono, inti dari kegiatan metode belajar Problem Based Learning ini ada pada diskusi tutorial. Terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan dalam diskusi tutorial, yang disebut dengan Seven Jumps. Deskripsi dari ketujus langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Menjelaskan istilah yang belum diketahui
• Proses   :    Mahasiswa menentukan beberapa kata yang artinya kurang/belum jelas,   anggota kelompok yang lain mungkin dapat memberikan definisinya/penjelasannya. Mahasiswa sebaiknya dikondisikan agar merasa “aman/safe” dalam berpendapat  sehingga memungkinkan mereka “jujur” tentang segala hal yang belum dipahaminya.
• Alasan   :    istilah yang belum diketahui berlaku sebagai suatu “penghambat” untuk dipahami. Penjelasan yang hanya sebagian saja dipahami/tidak menyeluruh sekalipun, dapat untuk memulai proses pembelajaran
• Hasil       :   Kata-kata /istilah yang artinya belum dapat disetujui oleh kelompok, harus didaftar sebagai tujuan pembelajaran.
• Perhatian: Mahasiswa kadang-kadang terjebak terlalu lama diskusi pada langkah 1 ini sehingga waktunya hampir habis dan mengalami fenomena mengibarkan bendera, maka sebaiknya istilah asing dijelaskan secukupnya saja.

Langkah (2).
Menetapkan permasalahan
• Proses     :  Tahap ini merupakan suatu pembahasan terbuka dimana mahasiswa didorong agar menyumbangkan pendapatnya tentang permasalahan yang ada dalam bentuk diskusi. Tutor harus mendorong/memotivasi mereka semua untuk menyumbangkan analisis  secara cepat dan luas.
• Alasan     :   Dimungkinkan bagi setiap anggota kelompok tutorial untuk mempunyai pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah. Membandingkan dan mengumpulkan pendapat yang luas akan memperkaya khasanah intelektual  dari permasalahan yang dibahas tersebut
• Hasil        :      Daftar pokok-pokok persoalan untuk dijelaskan.
Langkah (3).
Curah pendapat/brainstorming tentang hipotesis atau penjelasan yang ada.
• Proses      : Merupakan kelanjutan dari pembahasan secara terbuka, namun sekarang mahasiswa mencoba untuk merumuskan, menguji dan membandingkan keunggulan secara relatif dari hipotesis yang ada sebagai penjelasan permasalahan atau kasus. Tutor perlu untuk mempertahankan diskusi pada taraf hipotesis dan tidak dianjurkan menuju pada hal-hal yang terlalu detil/terperinci secara cepat. Dalam hal ini:
a. Hipotesis berarti suatu pengandaian yang dibuat sebagai dasar untuk membuat alasan tentang kebenaran ilmiah atau sebagai titik awal bagi penyelidikan lebih lanjut.
b. Penjelasan artinya, menjadikan tahu secara terperinci dan membuatnya dapat dimengerti, dengan suatu maksud untuk menimbulkan saling pengertian.
• Alasan   :    Tahap ini merupakan langkah yang penting, yang mendorong digunakannya pembelajaran dari tahap sebelumnya berdasarkan pengetahuan atau ingatan/memori sebelumnya (prior knowledge) dan membiarkan mahasiswa untuk menguji pemahaman yang telah dimilikinya satu sama lain. Hubungan/ mata rantai dapat terbentuk antara pokok-pokok persoalan dari pengetahuan yang belum lengkap yang ada dalam kelompok tersebut. Jika dapat ditangani dengan baik oleh tutor dan grupnya, tahap ini dapat  menempatkan pembelajaran pada tingkat pemahaman yang lebih baik.
• Hasil         :     Daftar hipotesis atau penjelasan.
• Masalah   :      prior knowledge mahasiswa sering diragukan tutor.
Langkah (4).
Menyusun penjelasan dalam suatu pemecahan masalah/ solusi sementara.
• Proses     : Mahasiswa akan memikirkan sebanyak mungkin penjelasan yang berbeda dari apa yang sedang terjadi. Permasalahan diperiksa dengan teliti secara terperinci dan dibandingkan dengan usulan hipotesis atau penjelasan, untuk melihat bagaimana mereka akan mencocokkan dan jika diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Tahap ini merupakan permulaan proses dari penjelasan tujuan pembelajaran/Learning Objective (LO), walaupun tidak dianjurkan bagi mahasiswa untuk merekam dengan segera dalam bentuk tulisan.
• Alasan     :  Tahap ini memproses secara aktif dan menstruktur kembali pengetahuan yang ada dan mengenali kesenjangan pemahaman. Mencatat tujuan pembelajaran (LO) secara cepat akan menghalangi/menghambat pemikiran dan memperpendek proses berpikir intelektual dan menghasilkan tujuan yang terlalu luas dan superfisial.
• Hasil        :  tahap ini meliputi pengorganisasian penjelasan tentang permasalahan, menunjukkannya secara skematis, mencoba untuk menghubungkan ide-ide baru diantara sesama teman, dengan pengetahuan yang dimiliki dan dengan susunan kata-kata/konteks yang berbeda. Proses ini menyediakan suatu hasil visual tentang hubungan antara bagian-bagian informasi yang berbeda dan memfasilitasi ”penyimpanan ” informasi dalam ingatan jangka panjang.
Langkah (5).
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran (LO)
• Proses       :  Kelompok menyetujui  tujuan pembelajaran yang akan dipelajari oleh semua mahasiswa. Tutor mendorong mereka agar dapat fokus, untuk tidak terlalu luas atau superfisial dan dapat tercapai dalam waktu yang tersedia. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan pembelajaran (LO) yang tidak dibagikan kepada seluruh anggota kelompok oleh karena kebutuhan dan ketertarikan secara individual/pribadi.
• Alasan  :  Proses membentuk kesepakatan menggunakan kemampuan segenap kelompok tutorial (termasuk tutor) untuk menyusun diskusi selanjutnya dalam tujuan   pembelajaran yang tepat/cocok dan dapat dicapai. Dalam hal ini tidak hanya menjelaskan tujuan pembelajaran namun juga membawa kelompok secara bersama-sama dan menyimpulkan diskusi.
• Hasil         :  Tujuan Pembelajaran, hal ini merupakan hasil utama dari pekerjaan awal kelompok dalam PBL. Tujuan Pembelajaran seharusnya/ disarankan dalam bentuk persoalan pokok/isu yang ditujukan terhadap pertanyaan atau hipotesis yang spesifik.
Langkah (6).
Pengumpulan Informasi dan belajar mandiri
• Proses     : Tahap ini meliputi pencarian bahan dalam buku teks, mengumpulkan hasil pencarian literatur elektronik dari Internet, konsultasi pakar atau hal-hal lainnya yang dapat membantu menyediakan informasi yang sedang dicari oleh mahasiswa. Suatu proses PBL yang diorganisasikan dengan baik akan mencakup penyelenggaraan kursus atau adanya buku panduan blok yang menyediakan saran-saran dalam bagaimana caranya memperoleh sumber-sumber pembelajaran spesifik yang mungkin sukar untuk didapatkan/diakses, supaya jangan terjadi fenomena CBSA seperti di tingkat SMU.
• Alasan    : Secara jelas, suatu bagian penting dari proses pembelajaran dalam pengumpulan dan perolehan informasi baru, dimana mahasiswa mengerjakannya secara individual maupun bersama-sama.
• Hasil       : Catatan individual dan kelompok mahasiswa
Langkah (7).
Membagi/ Berbagi hasil pengumpulan informasi dan belajar mandiri
• Proses      : Hal ini membutuhkan waktu beberapa hari (sekitar 3 hari) setelah pertemuan tahap I (langkah 1-5). Mahasiswa mulai kembali pada daftar tujuan pembelajaran. Pertama-tama mereka mengidentifikasi/mengenali sumber belajar yang didapatnya sendiri, mengumpulkan informasi yang mereka dapat dari belajar mandiri dan membantu teman-teman lainnya memahami dan mengenali hal-hal yang susah selanjutnya/kemudian, untuk dipelajari lebih lanjut atau dengan bantuan pakar. Mahasiswa mencoba untuk melakukan dan menghasilkan analisis yang menyeluruh dari permasalahan yang ada.
• Alasan    : Pada tahap ini menyusun apa yang telah dikerjakan kelompok, menggabungkan pembelajaran dan mengenali daerah/area yang belum pasti, yang memungkinkan untuk pembelajaran lebih lanjut. Pembelajaran mungkin tidak berakhir secara menyeluruh dan berakhir secara terbuka, Namur hal ini sungguh/ memang diperlukan kehati-hatian/ tidak terburu-buru karena mahasiswa seharusnya kembali ke topik-topik pembicaraan tersebut ketika pencetus/trigger yang cocok muncul kembali di kemudian hari.
• Hasil       :    Catatan individual mahasiswa / laporan
   7.    Keunggulan dan Kelemahan PBL
a.    Keunggulan
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembanhkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses
5) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
6) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
9) Pemecahan masalah dapat mengembangkan  minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
b.    Kelemahan
1) Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
2) Keberhasilan strategi pembelajarn melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari




B.    PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)



Ada beberapa cara menerapkan PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.
Menurut Agus dalam buku cooperative learning, strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase atau langkah. Fase-fase dan perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan pembelajaran berbasis masalah dapat diwujudkan. Sintaks PBL adalah sebagai berikut :
Fase-fase Perilaku pendidik
Fase 1 : memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
   Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengoragnisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya.
Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok Pendidik mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.
Fase 4 : mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.
Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Pendidik membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

David Johnson and Johnson mengemukakan 5 langkah strategi PBL melalui kegiatan kelompok :
1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.(Wina Sanjaya, 2008 : 217-218)
Menurut John Dewey, penyelesaian masalah dilakukan melalui 6 tahap :
Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan
Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari beberapa sudut.
Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat, dan alternatif penyelesaian.
Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, dan table.
Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat alternative penyelesaian
Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Berdasarkan pendapat dari ketiga tokoh tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil.
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu, tidak hanya melalui kegiatan kelompok. Penerapan ini tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompok, begitupula sebaliknya.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Terdapat 3 ciri utama PBL, yaitu :
1. PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.
B.    Saran
Melihat pada konteks perbaikan kualitas pendidikan, Maka PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran. Diharapkan setiap dosen menguasai metode problem based learning ini.










DAFTAR PUSTAKA
Arifin Martoenoes. 2006. Startegi Dan Model Belajar Mengajar. Makassar : Badan Penerbit UNM Makassar.
Handout Mikroteaching.2011. Problem Based Learning.
(http://smacepiring.wordpress.com/)
http://www.diariztym.co.cc/2011/01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar