Hingar bingar Kota Kendarai begitu semarak, degan panorama alam yang indah di hiasai dengan lampu bagai sang dewi malam. Lampu-lampu listrik yang terang di sekeliling jalan maupun di rumah -rumah jelejah, dinding papan, tembok yang kokoh bertingkat-tingkat dengan berbagai model yang di rancang oleh arsitektur, yang menggoda dan menarik atau menggungah hati untuk memiliki dan memandangnya. Ruko-ruko berjajaran di pinggir-pinggir jalan dengan macam-macam style barang-barang yang di pajang untuk di jual .
Banyak orang yang sibuk, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua maupun kalangan pengusah, pegawai dengan aktifitasnya mereka masing – masing. Akh …. Aku tak mampu untuk melukiskannya satu persatu. Aku mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan kampusku, bercanda tawa dengan teman-teman kelompok belajar, olah raga ikut tarbiyah dan lain sebagainya ….tapi hati ini terasa …. Bukan terasa sunyi atau hening…!! Terasa ada yang kurang di sisiku dalam kehidupanku. Seperti malam ini, aku hanya bisa duduk termenung, membisu, menatap meja belajar. Kertas berhamburan di sembarang tempat seakan mengatakan, bahwa tugas belum selesai , hanya aku tak mengerti akan hal itu. Pikiran yang kosong melang jauh, jauh... sekali terasa mendaki gunung , melewati bukit-bukit , untuk terbang ke suatu tempat yang tidak asing lagi bagiku. Tapi brbeda jauh dengan Kendari, rumah tidak berjejeran rapat dan tampak semrawut. Tiang pala g pagar berserakan, berjejeran di halaman rumah dengan daun-daunan yang jatuh dari tangkainya. Siang terasa panas sekali karena pengaruh angin laut yang berhembus ke daratan dan tak adanya pepohonan di depan rumah. Dalam suasana dan musim panas ini masih ada juga anak anak sekolah SD dan SMP mereka berjalan kaki dangan jarak rumah mereka sekitar 5 km dengan sekolah, tapi dengan semangatnya mereka untuk menuntut ilmu untuk menggapai masa depannya masing – masing mereka tidak menghiraukan panasnya matahari di siang hari.
Sore hari tampak lengang, hanya terdapat beberapa orang anak. Mereka bermain bola di bawah pohon kelapa .Begitu juga sekelompok remaja bercanda sambil bermain volly. Dan ada beberapa orang tua membentuk kelompok untuk bermain domino. Menjelang pentang anak-anak membubarkan diri pulang kerumah masing-masing. Saat itu tidak terdengar azan mangrib, malam terasa mencekam begitu hening, senyap, kososng ….!! hanya kicauan burung-burung hantu yang saling bersahut-sahutan.
“Den...Den…Deden…. bangun…! Sudah siang , teman-temammu sudah pada pergi ke sekolah.’’ teriak seorang lelaki yang begitu keras hingga mengagetkan tetangganya. Seorang anak bernama Deden bangun dari tempat tidurnya karena terkejut dengan suara keras leleki tadi.
‘’Uuuuaaaa….hhh” Dia menguap sambil mengucek-ngucek matanya ,tangan yang satu menjinjing sarung yang tak mau ditinggalkannya. Sambil berdiri menatap jam dinding yang ada di ruangan tamu .
”Pak, baru setengah lima ini.’’ Kata Deden pada lelaki itu yang ternyata Bapaknya.
‘’Memang masing setengah lima, kau pergi mi timba air, jangan lihat-lihat jam lagi nanti airnya putus lagi? tidak mengalir lagi nah…! Bukan kamu saja yang mau timba air banyak orang yang timba air, kalau sudah siang pasti banyak yang antri timba air’’ kata bapaknya dengan nada agak kesal.
Deden terkenal anak penurut, pemuda tidak banyak membantah. Hanya hatilah yang mengerutu. Merasa dia anak tidak dikasihi oleh orang tuanya.Llihat saja nah tetangga jam sekarang belum bangun, malah mereka masih ngorok semua. Deden hanya bisa pasrah pada keadaan, tidak mau membatah orang tua. Katanya guru disekolah, dosa itu masuk neraka. Deden juga adalah anak yang rajin sholat, itupun hasil dari dididikan keras ayahnya. Hal ini terbukti walaupun bangun sudah kesiangan dia tetap melaksanakan sholat subuh karena untuk membiasakan dirinya. Semua orang yang berpegang teguh pada sholat selalu berhasil, kata ayahnyaseraya menyebutkan orang-orang di kampong yang dianggapnya berhasil walaupun sang ayah sendiri bolong-bolong sholatnya. Maklumlah , pergi ke kebun pagi hari pulangnya …. Yahhh… sudah malam .
Matahari sudah terbit di ufuk timur menanadakan semua aktivitas akan mulai di laksanakan. Deden berangkat kesekolah bersama adi knya. Sang ibu sibuk di dapur sambil mengurus adik kecil. Ayah jam 5 subuh sudah berangkat kekebun karena khawatir tanaman jagung muda akan di makan monyet .
Deden merupakan murid yang berprestasi dari kelas 1 sampai kelas 6 SD dia selalu meraih rangking 1 dan lulus dengan nilai sangat terbaik. Tapi mengapa setiap kesalahan sedikit dia selalu di marahi habis –habisan oleh ayahnya , seperti turun nilainya sedikit. Boleh dibilang dia tiap hari selalu di marahi. Kan tiap sore, dia selalu main bola, pulangnya sudah jam 6 petang. Saat itu juga dia kena marah- marah, karena sang ayah pun baru pulang dari kebun. Walaupun setiap selesai marah sang ayah selalu membubuhinya dengan nasihat , tetapi saja hati Deden merasa tidak enak.
Meskipun sering dimarahi orang tuanya , Deden tetap saja menurut sama ayahnya. Setiap hari libur dan sepulang dari sekolah , dia ke kebun menjaga tanaman jagung membantu ayahnya karena sang ayah sering ke kota menjual jagung muda dan mengojek. Hari -harinya selalu di jalani dengan hati yang senang dan gembira ,ndengan ditemani dengan radio kecil yang sering di bawanya ke kebun sebagai satu-satunya sumber informasi yang dimilikinya. Radio itu di beli dengan uangnya sendiri. Lulus dari SM , lag-lagi Deden merupakan lulusan terbaik. Setelah lulus di dari SMP dia pun ingin sekali lanjut sekolah SMA di kota. Tapi sanyangnya sang ayah tidak mau menyekolahkan anak nya SMA di Kota karena di kampung sudah ada sekolah baru di buka dan berstatus kelas jauh. Alasan si ayah menyekolahkan Deden di kampung karena sang ayah khawatir dengan kehidupan di Kota jangan sampai Deden terpengaruh dengan hal-hal yang tidak di inginkannya. Dasar si Deden anak penurut tidak dapat keputusan sang ayah dan keputusan semua itu ada di tangan ayahnya, karena menurut dia ayahlah yang menanggung semua biaya hidupnya. Pada saat SMA inilah Deden mulai malas-malasan sekolah karena guru-guru tidak ada perhatin dengan suasana di sekolah, mereka sibuk dengan kepentingannya masing-masing mereka jarang masuk mengajar kadang tiga kali seminggu, maklum saja namanya juga kelas jauh. Sepulang dari sekolah Deden mengadu dan mengeluh kepada ayahnya kalu satau begini tenaga gurunya malas-malasan lebih baik aku sekolah di Kota. Apa kata ayah ? sekolah disini sama saja dengan sekolah di Kota , tergantung kesungguhannya kita masing-masing. Hanya itu kata –kata yang keluar dari mulut sang ayah. Dasar anak pemalu hanya itu saja keluhan Deden terhadap ayahnya .
Namun dia tetap serius belajar demi menggapai semua cita-citanya . Alhasil Deden lulus dengan nilai pas-pasan. Dia sangat pusing saat itu, tidak mungkin ayahnya menyekolahkannya pada satu-satunya Universitas Negeri yang ada di propinsinya yang selama ini dia impi-impikan, karena dia tahu betul bagaimana kondisi keungan orang tuanya apalagi nilainya pas-pasan. Dengan agak ragu-ragu, Deden menyampaikkan hasil pengumuman ujian SMA pada sang ayah. Baru hari itu sang tidak memberikan respon sedikitpun. Ayah yang selama ini terkenal sangat keras didikannya hanya tertunduk kemudian manatap langit-langit rumah tertangkap oleh Deden di raut wajah sang ayah ada perasaa sedih saat itu.
Selesai makan malam, Deden dipanggil ayahnya ke ruang tamu. Sang ayah terdiam sejenak dan memulai pembicaraan;
‘’Den, di rumah ini kita tidak uang sepeserpun untuk membiayai kuliahmu, ...... tapi bapak dan ibu akan berusaha mencari pinjaman di Bank denganmenggadaikan sertifikat tanah kita, agar kamu bisa kuliah di Kendari dan bapak ingin kau seperti orang-orang yang bisa membanggakan kedua orang tuanya’’.
Deden tidak bisa ber komentar apa-apa, hanya jutaan bintang-bintang gembira yang ada di hati, tanpa terasa air matanya menetes pertanda bahagia. Hanya satu yang terpikirkan olehnya apa arti dari kekerasan sang ayah terhadapnya selama ini yang kini terganti dengan sesuatu yang menggembirakan....???
.......
Aku tersadarkan saat itu, ternyata aku sudah ketiduran di meja belajar.Waktu sudah menunjukkan jam 1 malam, aku lalu sholat malam saat itu, beribu do’a keluar dari hatiku untuk kedua orang tuaku yang membiayai kuliahku. Kata ma’af terukir dihatiku untuk sang ayah yang selama ini telah berburuk sangka padanya, semoga Tuhan mendengar dan mengabulkan semua do’aku. Hanya satu bisa kulakukan agar kuliah ini tidak putus di tengah jalan, saya selalu ingat pesan sang ayah bahwa kendala kuliah yang tidak bisa di tawar adalah....
Kalau dia seorang laki-laki maka kendalanya adalah .... perempuan.
Kalau dia seorang perempuan maka kendalanya adalah ... laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar